KOTOMONO.CO – “Ngapain ngontrak? Apa gak sayang uangnya? Mending buat nyicil rumah aja!”
Kalimat itu sering sekali saya dengar ketika pertama kali memutuskan untuk menyewa rumah alias ngontrak sebagai tempat tinggal. Entah mengapa, atau ini hanya terjadi dalam lingkungan saya saja. Ngontrak seperti menjadi sebuah hal yang sangat menyedihkan, nelangsa, bahkan aib!
Mereka yang melihat saya sebagai orang yang seolah paling susah ini, lebih menyarankan untuk mengambil KPR. Karena menurut mereka, harga ngontrak per bulan dengan bayar cicilan KPR itu tidak jauh berbeda. Jadi menurut matematika mereka, mending uangnya buat KPR, kita nyicil per bulan dan bisa dibilang sudah punya rumah.
Parahnya lagi, ada yang mengatakan kalau jaman sekarang mana bisa punya rumah tanpa KPR? Beli rumah gak murah dan kalau ngontrak, bisa-bisa gak kebeli itu rumah sampai ubanan.
Dengan ucapan yang mereka pikir sebagai nasehat itu, justru membuat saya makin yakin untuk ngontrak! Kenapa? Dilihat dari kalimat yang dilontarkan saja, sudah jelas kalau mereka meragukan konsep rezeki yang gak bisa diprediksi ini.
Tentang ini, sudah banyak buktinya. Misalnya saja, belum lama ini, ada orang yang cuma rela disuntik vaksin, eh tiba-tiba dapet hape dari polisi. Terus, ada juga orang yang beli kulkas bekas, eh malah nemu uang dua miliar didalamnya. Kalau gak percaya, cek saja beritanya!
Itu contoh dari orang yang mungkin nggak berdoa dan berharap untuk dapat uang dua miliar dari hasil beli kulkas bekas. Lah ini, masalah rumah, kita tentunya pengen to? Dan pastinya berdoa biar bisa punya rumah impian juga, kan?
Kemudian saya juga yakin kalau keinginan kita untuk punya rumah, selain dibantu kekuatan doa, juga ada keyakinan dan kerja keras untuk bener-bener bisa mendapatkannya. Maka, kenapa kita gak yakin dan berdoa sembari terus berusaha, alih-alih mengatakan kalau jaman sekarang gak bisa punya rumah tanpa KPR?
Padahal nih ya, jaman sekarang juga banyak lho orang yang bisa punya rumah tanpa KPR. Beberapa diantaranya dibuktikan oleh orang-orang di sekitar saya.
Lalu tentang statemen yang bilang kalau mending uangnya buat bayar cicilan daripada buat bayar kontrakan, itu juga saya sangat tidak setuju. Lha gimana, ngontrak dan bayar cicilan KPR itu jelas berbeda. Ketika kita ngontrak, kita bener-bener bayar untuk rumah yang kita tinggali. Kalau misal ada sesuatu yang rusak dan nggak bisa digunakan, kita juga masih bisa minta tolong sama yang punya rumah untuk membetulkan.
BACA JUGA: Serba Kebetulan Rektor Universitas Indonesia dan Istri
Nah kalo KPR? Uang yang katanya cuma buat bayar cicilan itu ternyata gak bener-bener cuma buat bayar cicilan. Iya, ada bunga yang harus dibayar, di mana jumlahnya itu nggak sedikit. Terus ada denda yang harus dibebankan kalau kita terlambat bayar. Terus, ngerinya lagi, KPR juga punya resiko rumah disita kalau kita gak bisa bayar dalam waktu yang lama. Mau buktinya? Aduh, sepertinya tidak usah ya. Saya yakin anda-anda semua pernah melihat tulisan “rumah ini disita oleh bank” entah di mana.
Lagi-lagi, kita semua nggak tahu apa yang terjadi nanti. Kalau memilih untuk beli rumah dengan cara KPR yang cicilannya bisa sampai belasan hingga puluhan tahun itu, apakah kita yakin bisa memiliki umur sampai sepanjang itu. Atau paling tidak, apakah pekerjaan kita sekarang akan bertahan selama itu? Apa kesehatan kita akan benar-benar terjaga selama itu? Apa penghasilan kita per bulan bisa terus ngejamin untuk bayar cicilan selama itu? Coba direnungi sendiri ya.
Untuk poin barusan, konsep “yang penting yakin” tidak benar-benar bisa digunakan. Kenapa?
Karena bicara tentang alasan lain mengapa saya memilih untuk tidak mengambil KPR, adalah jaman sekarang kebanyakan jalan itu menawarkan kredit RIBA. Tahu kan RIBA? Itu lho, yang dosa terkecilnya sama seperti menzinai ibu sendiri. Iya, menzinai ibu sendiri. Coba perhatikan sekali lagi, menzinai ibu sendiri!
Itu baru dosa terkecilnya. Terus apa dong dosa terbesarnya?
Kita yang kalau nekat mengambil jalan RIBA, disebut telah mengajak perang Allah dan Rasul-Nya. Hah gimana ceritanya perang sama Allah dan Rasul-Nya? Iya, kalau gak percaya, coba tanyakan sama guru ngajimu, dan bayangkan betapa bodohnya kita kalau sampai berniat memerangi Allah dan Rasul-Nya.
Sekarang tahu kan kenapa kita gak bisa pakai konsep “yang penting yakin” untuk memutuskan ambil KPR selama bertahun-tahun itu. Lha wong ternyata ada dosa yang bikin kita mengajak perang Allah dan Rasul-Nya. Seyakin apa sih kita bisa menang?
Terus gimana dong solusi terbaiknya? Solusi terbaiknya adalah jangan paksakan keadaan. Kalau hari ini kita cuma bisa ngontrak dan belum bisa beli rumah cash, yasudah jalani saja. Disamping itu, kita juga harus belajar untuk menabung dengan baik. Kemudian, kita bisa ngumpulin uang untuk menyicil bangunan sesuai kemampuan, bila uangnya takut terpakai untuk hal yang gak penting.
Misalnya tahun pertama beli tanahnya dulu, terus tahun kedua dilanjutin bikin pondasi, beli semen dan material lain. Begitu seterusnya.
Kalau belum punya uang? Ya bersabar. Lagian kita nggak dituntut untuk harus bayar cicilan per bulan yang sampai bertahun-tahun itu. Kita bisa santai kalau memang belum punya uang tanpa takut tanah atau pondasinya bakal disita. Ya kan?
Syukur-syukur, kita bisa ngumpulin uang dalam jumlah besar dengan jangka waktu yang nggak terlalu lama. Dengan begitu kita bisa langsung beli rumah cash dan langsung bisa ditempati.
Sebagai penutup, saya ingin berpesan kalau ngontrak itu gak dosa. Gak pernah ada riwayat yang mengatakan kalau kita bakal masuk neraka karena ngontrak. Bahkan ngontrak seumur hidup pun. Sebaliknya, kita akan berdosa kalau punya rumah tapi didapat dengan cara RIBA yang jelas-jelas kita sudah tahu dosanya.
Eh sama satu lagi, solusi yang baru saja saya sampaikan, itu didapat dari nasehat orang yang memang sudah mengalaminya. Kalau sekarang sih saya sendiri masih ngontrak. Jadi mohon doanya ya, biar bisa segera beli rumah dengan cara dibayar tunai! Hehehe