Pekalongan – Sejarah akan budidaya tanaman Indigofera yang digunakan untuk pewarna tekstil di Pekalongan berawal dari VOC yang ingin memperkenalkan komoditas baru pada Jawa karena Kebutuhan indigo atau pewarna tesktil berwana biru ini di Eropa cukup besar.
Indigofera adalah salah satu tanaman penting dalam kehidupan manusia yang tergolong dalam jenis tanaman kacang – kacangan. Hal ini karena buah dari tanaman indigofera bentuknya polong.
Ada 700an jenis tanaman ini dan tidak semua tanaman indigofera bisa digunakan sebagai bahan pewarna alam (warna Indigo = Biru-nila). Hanya beberapa yang banyak digunakan. Jenis yang biasa dipakai untuk pewarna ini adalah indigofera tinctoria dan indigofera suffruticosa.
Sebelumnya Eropa memperoleh pasokan Indigo dari Gujarat dan Pantai Coromandel. Karena perdagangan indigo sedang boomiing, VOC berupaya meningkatkan produksi indigo melalui bupati-bupati penguasa pesisir.
Baca juga : Sejarah Batik Pekalongan
Sebelumnya tanaman indigo ini banyak ditemui di wilayah pesisir untuk kebutuhan tekstil lokal. Sejak tahun 1693 VOC terus berupaya mencari sumber-sumber alternatif daerah penghasil indigo terbaru. Joan Van Hoorn yang menjabat Gubernur Jendral VOC sejak tahun 1704-1709 terus berupaya membudiyakan tanaman ini.
Termasuk memulai hubungan dengan Bupati Pekalongan, yaitu Tumenggung Djayadiningrat. Kebutuhan indigo di Batavia untuk ekspor ke Eropa sangat tinggi. Pernah ada permintaan sebanyak 200 pikul indigo kering dari Semarang tetapi kenyataanya hanya mampu terpenuhi 12-15 pikul saja. VOC terus melakukan ekspansi dengan membangun budidaya indigo di Surabaya dan Semarang.
Baca juga : Sosok Adipati Djayadiningrat (Tan Kwee Djan)
Dalam perkembangnya budidaya di Surabaya gagal karena Bupati Surabaya kurang mendukung. Adapun di Semarang investasi tanaman indigo ini juga gagal karena kekurangan tenaga pengarap. Djayadiningrat oleh VOC ditawari kerjasama untuk melakukan investasi budidaya indigo.

Adipati Djayadiningrat memilih dua lokasi untuk mulai menaman indigo yaitu di Ambarawa dan Pekalongan. Produksi tanamana untuk pewarna kain ini di mulai sejak tahun 1709 dengan tambahan lokasi penanaman di Batang, Wiradesa,Pemalang, dan Kaliwunggu.
Keuntungan yang cukup besar dari indigo ini membuat iri bupati lain diantaranya: Bupati Kudus, Jepara,dan Pati. Akhirnya para bupati itu juga ikut mulai terlibat investasi. Proses pengolahan tanaman indigo membutuhkan modal yang besar dan keahlian dalam mengolahnya.
Dalam perkembangannya tahun 1724, harga indigo di Amsterdam mengalami kemrosotan yang disebabkan melimpahnya produksi yang melampaui permintaan VOC.
Baca juga : Asal Muasal Perkebunan Kopi Di Pekalongan
Budidaya nila kering dan kopi bisa dikatakan sukses berkat semangat kewirausahawan dari para bupati yang berkuasa di wilayah pesisir. Dan faktanya pewarna Indigo di Pekalongan kualitasnya yang terbaik karena tanah di wilayah ini mengandung air dengan kadar garam yang cukup sehingga menghasilkan warna indigo yang kuat.
(Ensiklopedia Tokoh Pekalongan – Dirhamsyah, 2011)