KOTOMONO.CO – Jumat Kliwon merupakan hari yang cukup dianggap penting bagi masyarakat Pekalongan. Banyak sekali tradisi-tradisi pada jumat kliwon yang biasa dilakukan oleh orang-orang Pekalongan, seperti halnya Tradisi Kliwonan Mandi di Sumur Masjid Wonoyoso.
Di kompleks Masjid Jami’ Wonoyoso terdapat 2 buah sumur yang terletak di sebelah utara dan selatan masjid. Konon sumur sebelah utara dibuat oleh Mbah Kyai Mayung, Beliau merupakan salah seorang murid Pangeran Diponegoro yang dahulu menyebar diberbagai daerah di sekitar Pekalongan setelah perang Jawa. Kyai Mayung mengemban misi menyebarkan agama Islam dan nasionalisme di Pekalongan.
Sedangkan untuk sumur sebelah selatan dibuat oleh seorang musafir asal Cina yang kebetulan singgah ke wilayah Wonoyoso.
Setiap Jum’at kliwon Masjid Wonoyoso selalu ramai dikunjungi warga mulai dari jam 3 dini hari. Mereka berduyun-duyung berdatangan dari berbagai sudut Pekalongan untuk mengambil air dari sumur masjid tersebut.
Air dari sumur sebelah utara masjid jami wonoyoso dianggap keramat dan banyak orang meyakini sebagai bentuk ikhtiarnya bahwa air dari sumur tersebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit,melancarkan riski dan mempercepat jodoh.
BACA JUGA: Mengenal Tradisi Udik-udikan Masyarakat Pekalongan
Maka sejak sumur itu dibuat pada pertengahan tahun 1800-an dimulailah Tradisi Kliwonan ini yang hingga sekarang masih berlangsung. Ada yang sekedar untuk mengambil air sumur tersebut, atau bahkan orang-orang dari berbagai wilayah di sekitar wonoyoso berbondong-bondong mengambil dan mandi dengan air dari sumur keramat itu.
Bagaimana tinjauan secara syari’at ?
Sepanjang air dari sumur itu hanya dijadikan sarana dan hanya minta pertolongan pada Allah, tidak ada syari’at yang dilanggar. Kalaupun air dari sumur tersebut kemudian dianggap bisa menjadi penyebab diqobulnya permintaan pada Allah bisa jadi karena sang pembuat sumur, Kyai Mayung yang dianggap Waliyullah tentu tidak sembarang membuat sumur.
Pada proses pembuatannya pasti dipenuhi do’a dan zikir munajat kepada Allah agar sumur yang dibuatnya bermanfaat bagi orang banyak termasuk hal-hal yang kemudian diyakini oleh orang-orang bahwa air dari sumur itu bisa menyembuhkan penyakit, memperlancar riski ataupun mempercepat jodoh.

Dan salah satu manfaat dari Sumur Kramat Wonoyoso itu terbukti ketika pada tahun 60-an terjadi kemarau panjang, sumur disitu tidak kering meski semua sumur di sekitarnya sudah mengering dan orang-orang di sekitarnya bisa mengambil air dari sumur itu.
BACA JUGA: Tradisi Pawai Cap Go Meh Pekalongan
Dari situlah orang-orang kemudian menyebut sumur itu dengan nama “Jan-jan” karena saat itu mereka menyamakannya dengan sumur “Zam-zam” di Mekkah.
Namun sayangnya sekarang ini sulit diprediksi akan seberapa besar tingkat kepercayaan orang-orang pada kekeramatan sumur itu. Karena Tradisi Kliwonan yang ada sepertinya telah berubah lebih didominasi dengan Wisata Belanja (Pasar Tiban) bukan “Ngalap Berkah” air di sumur jan-jan yang keramat itu, hal ini bisa kita lihat dengan semakin banyak dan panjangnya deretan pedagang yang ada di tiap Jumat Kliwon pagi.
Ada yang berpendapat bahwa asal mula sejarah Pasar Tiban (Pasar Tumpah) di Pekalongan ini berasal dari sini. Dan sepertinya perlu pengelolaan khusus agar sisi sejarah dan religinya dari Sumur Masjis Wonoyoso ini tidak hilang.
Jangan sampai Tradisi Kliwonan di Masjid Wonoyoso tersebut hanya menjadi wisata belanja pasar tiban.
Sumber : Ahmad Ghozali