KOTOMONO.CO – Pagi ini, aku bangun lebih awal dari biasanya. Badanku sudah bersih, Wangi. Agar tak mengecewakan Iblis, aku mendandani diri sesempurna mungkin. Baju hem berwarna merah marun. Celana katun warna hitam. Juga jas dan dasi. Kukenakan semua agar Iblis terkesan dengan penampilanku.
Amplop berwarna cokelat yang tergeletak di atas meja segera aku sahut. Kubuka. Kuhitung lagi lembaran uang kertas itu. Kupikir, segitu cukuplah. Lantas, segera kumasukkan tas ransel warna biru. Sampai di parkiran kampus, aku edarkan pandanganku. Berharap kutemukan mobil Iblis berparkir di tempat khususnya. Tapi, tak aku lihat mobilnya di sana.
Mungkin aku datang kepagian. Mungkin juga Iblis tak masuk. Atau mungkin, ia sedang ada tugas luar kota. Ya, semua masih mungkin. Begitu juga dengan tawaranku ini. Sejumlah uang dalam amplop warna cokelat. Mungkin ia terima, mungkin tidak.
Agar mendapat kepastian, segera aku kirimkan pesan lewat Whats App. Kutulis :
“Selamat pagi, Pak.
Maaf, saya mengganggu waktu Bapak. Sesuai dengan pesan yang saya kirimkan malam tadi, hari ini saya bermaksud ingin menemui Bapak. Apakah diperkenankan, Pak?
Sodrun”
Lantas kukirim. Kutunggu beberapa saat. Masih centang satu.
Hingga siang, aku belum menerima balasan dari Iblis. Pesan Whats App yang kukirim masih saja centang satu. Aku mulai kesal. Aku nekat menelepon Iblis. Tapi tak juga diangkat. Aku ulangi berkali-kali. Hasilnya tetap sama. Nihil.
Ah, ketimbang badan kering di parkiran, aku putuskan saja pulang ke kos. Mungkin belum takdirku.
Tiba di kos, aku nonton tv. Ya, sekadar membunuh waktu. Tapi lama-lama bosan. Tak ada tontonan menarik. Lagi-lagi sinetron yang cengeng. Tidak. Seorang calon bajingan tidak boleh nonton sinetron cengeng. Bisa gagal aku jadi bajingan beneran. Tapi, apa sih kriteria bajingan yang beneran itu ?
Sampai detik ini aku masih belum juga ngerti. Dari beberapa mata kuliah yang aku ikuti, tak ada satu pun yang bisa aku jadikan referensi tentang bagaimana menjadi seorang bajingan beneran. Mungkin aku yang salah ambil jurusan. Mungkin juga dosennya yang kurang menjiwai karakter seorang bajingan. Semuanya tampak rapi. Tampak berwibawa. Tampak elegan.
Mungkin juga aku yang terlalu menaruh tinggi-tinggi ekspektasiku. Ya, dulu, ketika mendaftar sebagai mahasiswa baru di Universitas Kejahatan, aku pikir aku akan bertemu dengan dosen-dosen yang garang. Para mantan narapidana atau mungkin para bajingan yang masih aktif.
Tetapi, untuk menemui Iblis yang juga rektor Universitas Kejahatan, aku merasa benar-benar sulit. Mungkinkah Iblis tak sudi bertemu dengan muridnya yang nyaris gagal ini? Entahlah.
Ups! Sebentar! Kali ini aku menemukan tayangan berita bagus. Iblis, rektorku, sedang pidato! Oke, aku simak dulu isi pidatonya. Aku akan ceritakan nanti, apa isi pidatonya.
[button color=”blue” size=”small” link=”https://kotomono.co/cerita-mini-berseri-para-bajingan-chapter-3-ribut-achwandi/” icon=”” target=”false”]Chapter 3[/button]
Penulis : Ribut Achwandi