KOTOMONO.CO – Tidak selamanya pandemi covid-19 berdampak buruk bagi dunia usaha, buktinya pria asal Jawa Timur ini sukses membuka usaha kuliner dan meraup keuntungan di kala pandemi.
Namanya Lido, baginya pandemi ini memberikan hikmah tersendiri dalam roda kehidupannya. Usaha jasa travel yang telah berjalan cukup lama di Bali harus terhenti. Penyebabnya tak lain karena tidak ada wisatawan yang datang ke pulau Dewata tersebut, bisa dibilang serangan covid-19 memorak-porandakan rantai bisnisnya.
Tak pelak untuk terus kebutuhan menghidupi istri dan anak-anak yang kian mendesak, membuat pria bermata sipit itu memutar otak. Dapur harus tetap mengebul, kebutuhan anak dan istri harus tetap terpenuhi. Lalu, ia memutuskan untuk hijrah ke kampung halaman istrinya, di Madiun, Jawa Timur.
Sekira tahun 2020, Lido memberanikan diri membuka usaha kuliner Nasi Tempong khas Banyuwangi, Jawa Timur. Awalnya pria berusia kepala tiga itu takut jika usahanya tidak bisa berjalan sesuai harapan, persoalan pelanggan di kala pandemi menjadi bayang-bayang kendala yang terus menyelimuti dalam benaknya.
BACA JUGA : Tempat Kuliner Hits Semarang yang Sayang Untuk Dilewatkan
Namun kenyataan justru berkata lain, ia mengalami kemajuan cukup pesat dalam awal-awal membuka usaha ini. Kemajuan ini tidak lain berkat dorongan dan dukungan dari sang istri tercinta.
“Alhamdulillah dari satu ruko sekarang sudah bisa jadi dua ruko,” kata Lido, Jumat (1/4/2022).
Modal kenekatan, ia keluarkan uang senilai Rp 30 juta untuk membuka warung makan Nasi Tempong, yang berlabel Mak Ros. Tekun, pantang menyerah menjadi bekal Lido Bersama istri untuk merintis usaha kuliner di Kota pendekar dengan harapan bisa menggerakan roda perekonomian rumah tangga mereka.
Bulan pertama hingga keenam, masakannya masih sepi peminat namun kini sudah ada dua ruko yang ia gunakan untuk menampung para pembeli Nasi Tempong yang terus berdatangan. Dalam sehari saja, Lido mengaku bisa meraup untung rata-rata Rp 300 ribu per hari.
“Awal majunya setelah pakai jasa vlogger, baru mulai kembang,” terangnya.
Untuk pemakaian jasa vlogger pun tidak sembarang, ia melihat jumlah pengikut, komentar dan like di akun si vlogger. Jika berjumlah banyak, maka harapan orang mengetahui brand usahanya semakin besar. Untuk mengundang vlogger pun, ia rela merogoh kocek Rp 250 ribu sekali tayang dalam akun Instagram, baik instastory maupun feed. Sebuah nominal yang tidak sedikit namun mampu memberikan dampak yang cukup signifikan.
BACA JUGA : Ngobrol Bareng Pemuda yang Berhasil Raup Jutaan Rupiah dari Nyupang
Bekal pantang menyerah dan tekun harus bebarengan dengan mental jualan, begitulah petuah dari Lido. Karena awal membuka usaha tidak semua orang mengetahui, terlebih jika brand tersebut baru dengan modal terbatas seperti yang Lido jalankan ini.
Dari kesemuanya itu, bagi penggiat kuliner harus mengutamakan rasa dalam kondisi apapun. Maksud Lido adalah ketika harga bahan baku naik, pemilik harus tetap mengolah masakan dengan komposisi sama, tidak mengurangi bumbu dan sebagainya.
“Paling penting konsisten dengan rasa, jangan pas harga bahan baku naik semua malah rasanya berkurang,” jelasnya.
Menyoal harga, Lido mengaku makanan yang ia jual tidak lah mahal mengingat tingkat perekonomian di Kota Madiun juga tergolong menengah. Mulai Rp 14.000 hingga Rp 32.000 dengan berbagai macam menu, yakni Nasi Tempong Telor, Ayam, Lele, Gurame, Udang, Cumi dan terkadang ia juga selipkan belut maupun bebek.
BACA JUGA : Gula Jawa Kristal Produk Unggulan Desa Sindang, Purbalingga
Oh iya, alasan Lido memilih Nasi Tempong, karena sewaktu di Bali, ia bersama istri juga membuka usaha kuliner tersebut dan terbilang laris. Berkat hal tersebut, ia meneruskan di Madiun, dimana kondisi geografis dan karakter orang yang berbeda.
“Awalnya takut enggak jalan. Karena kan Jatim seneng yang manis-manis, eh ternyata suka, jadinya ya saya kembangin,” begitu kata Lido.
Untuk tetap bertahan dan bersaing di tengah derasnya usaha kuliner yang bermunculan di Madiun, Lido sekali lagi tegaskan untuk tetap pertahankan rasa, terutama sambal mentah pedas yang jadi ciri khas dari nasi tempong. Dua ruko yang dimiliki Lido berada di Perumahan Bumi Mas 2, Jalan Letkol Suwarno, Madiun.
Ia berpesan bagi siapapun yang ingin jalankan usaha kuliner, harus konsisten terhadap rasa. Selain itu harus siap menerima resiko rugi ketika kondisi harga bahan baku naik. Soal sepi pembeli yang datang, ia rasa harus pandai-pandai dalam lakukan promosi. Gencarnya hiruk-pikuk media sosial ia manfaatkan untuk mengenalkan masakannya ke khalayak umum, khususnya warga Madiun dan sekitarnya.
BACA JUGA : Mendengar Keluhan Pedagang Kecil di Tengah Peliknya Aturan PPKM
FYI, Nasi Tempong merupakan masakan khas Banyuwangi, Jawa Timur yang terdiri dari aneka sayuran rebus semacam kenikir, daun singkong, bayam,dan sayuran segar semacam kobis, mentimun, kemangi, ada tempe goreng, tahu goreng, ikan jambal balut tepung goreng serta sambal mentah pedas sebagai pelengkap. Sambalnya sendiri ada perasan jeruk limau jadi terasa pedas, asam dan manis. Sebuah komposisi yang mampu memikat lidah orang yang memakannya.

Rasa super duper pedas yang muncul dari racikan sambal membuat orang yang habis menyantap nasi tempong seperti di-tempong atau istilahnya di-tampar, dari situlah muncul nama Nasi Tempong. Dulunya, masakan ini biasa dikonsumsi oleh petani di tengah sawah. Seiring jalannya waktu, nasi tempong naik level, lantaran telah dikonsumsi oleh kalangan umum.