Ku lepas dirimu dengan ikhlas..
Semoga engkau dan dia bahagia..
KOTOMONO.CO – Yang ada diingatan saya saat mendengar lagu ini adalah saat Lesti, yang menyanyikan lagu ini menghadiri pesta pernikahan rekannya, Riski. Seperti yang banyak diketahui Riski dan Lesti dikabarkan memiliki hubungan yang, yaaa bisa dikatakan spesial.
Namun, siapa yang bisa menolak takdir?
Lesti yang sudah lama menjalin hubungan dengan Riski, harus mengikhlaskan Riski menikah dengan perempuan yang menjadi pilihannya.
Saat itu, saya hanya menerka-nerka seperti apa perasaan Lesti? Apakah senyumnya tulus atau hanya sekedar pemanis bibir?
Dulu kita pernah berbagi rasa.
Kini kita hanya teman biasa
Dulu kita bisa berencana, tapi Tuhan lah yang menakdirkan..
Tapi Tuhan lah yang menakdirkan.
Takdir. Kita bisa apa dihadapan takdir-Nya?
Ternyata, apa yang dialami Lesti saat itu, saya rasakan juga saat ini. Ternyata rasanyaaa, ya gitu. Heheheheh..
Oke oke, saya akan ceritakan seperti apa rasanya. Tapi apa yang saya rasakan juga tidak bisa dipukul rata dengan mereka yang sama-sama ditinggal nikah. Karena memang kondisi setiap orang berbeda-beda saat ditinggal nikah. Saat saya ditinggal nikah, memang saya akui saya masih mengaguminya dan masih menyimpan harapan dia akan kembali.
BACA JUGA: Apakah Menjadi Perempuan itu Sulit?
Satu minggu sebelum hari pernikahannya, kami sempat merencanakan untuk buka berdua. Takdir Tuhan memang sudah sedemikian rupa. Mungkin memang semesta sudah merestui mereka berdua. Saya dan dia gagal buka berdua, karena memang saat itu saya diminta untuk mengisi kegiatan Ramadan. Kita, gagal bertemu. Semesta tidak mengizinkan. (Kelak, saya yakin, gagalnya pertemuan saya dan dia menjadi sesuatu yang sangat saya syukuri. Karena saya tidak pernah tahu, kesalahan apa yang bisa saja saya perbuat seandainya benar-benar pertemuan itu benar terjadi).
Hidup terus berjalan..
Engkau tlah ku relakan
Pada Tuhan, semua ku pasrahkan…
Saat saya mendengar langsung darinya kabar pernikahannya yang dikirim melalui WA, perasaan saya saat itu kaget, ada sedikit kecemburuan, penyesalan, singkat kata, yang saya rasakan adalah nyesek.
Saya membiarkan diri saya, merasakan perasaan-perasaan itu. Saya membiarkan diri saya dalam keadaan seperti itu, bukan untuk menyakiti atau menyusahkan diri sendiri, tapi karena saya paham, saya butuh waktu untuk menstabilkan, tak perlu buru-buru. Terlalu memaksakan saat itu juga, justru menyakiti diri sendiri.
BACA JUGA: Surat Terbuka untuk Perempuan yang Selalu Dituntut ‘Manut’ dengan Pasangannya
Tapi begini, ini nasihat buat diri saya sendiri yang bahkan hari ini masih merasakan sisa-sisa kenyesekan itu, juga mungkin teman-teman yang sepengalaman dengan saya, bahwa fokus kita bukan lagi hari kemarin, tapi tentang bagaimana esok.
Hal pertama, yang saya lakukan terhadap diri saya adalah, terus meyakini bahwa apa-apa yang tidak ditakdirkan untuk kita, sekuat apapun mengusahakannya, tidak akan menjadi milik kita.
Kedua, ini perihal waktu. Mungkin belum sekarang saatnya saya menikah, saya menjalani hidup yang baru. Dan, Tuhan selalu akan memberikan apa-apa disaat yang tepat.
“God will bring the right person into your life at the right time. Always believe that! If the are not there, Gos isn’t finished yet!” Kata Shannon L. Alder.
Ketiga, saya meyakini bahwa kita dan pasangan kita, adalah seperti puzzle. Puzzel itu hanya bisa dirangkai dengan pasangan yang cocok. Puzzel tidak akan membentuk sebuah gambar jika rangkaiannya tidak tepat dipasangkan. Memaksakannya hanya akan membuat gambar kacau, atau bahkan bisa saja merusak bentuk kepingan yang lain. Artinya, kehidupan bisa berjalan indah, selaras, saat dipasangkan dengan pasangannya. Dan, saya dan dia bukan pasangan yang cocok.
BACA JUGA: Perempuan itu Nggak Lemah, ini Buktinya!
Keempat, penerimaan. Menurutku, pointnya disini. Salah satu ciri seseorang yang dewasa ialah ia mampu menerima. Menerima takdir itu lebih mudah daripada harus memaksakan keinginan. Setelah ditinggal nikah, kita harus menerima bahwa dulu pernah ada hari-hari indah yang sekarang hanya menjadi kenangan, yang tak perlu disesali, itu menjadi pengalaman hidup yang akhirnya bisa kita jadikan bahan pertimbangan nantinya.
“My heart might be bruised, but it will recover and become capable of seeing beauty of life once more. It’s happened before, it will happen again, I’m sure. When someone leaves, it’s because someone else is about to arrive. I’ll find love again,” kata Paulo Coelho, The Zahir.
Kelima, percaya bahwa Tuhan sudah menyiapkan pasangan yang cocok untuk kita. Bersabarlah. Dan, terus berdoa. Satu lagi, jangan pernah putus asa, selalu berprasangka baik pada-Nya.