KOTOMONO.CO – Sebagian besar remaja di Indonesia tidak lepas dari media internet dan sosial media. Saat ini juga remaja menggunakan media sosial sebagai sarana dan prasarana dalam menerima dan berbagi informasi.
Ada beberapa Media sosial yang sering digunakan para remaja zaman now yaitu Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, Whatsapp Tiktok dan lain sebagainya. Media sosial sendiri sudah memiliki berbagai fitur dalam mempermudah penggunanya untuk berbagi informasi. Apalagi media sosial berfungsi sebagai media mengekpresikan diri dimana hal ini sebagai motivasi remaja untuk mengekspresikan diri bermula dari keinginan untuk mengungkapkan emosi dan memajang foto pribadi untuk hiburan. Dan hal tersebut hampir setiap hari dilakukan oleh kebanyakan remaja.
Faktor terjadinya mengekspresikan diri dalam media dipengaruhi oleh pikiran dimana, dan kapan anda ingin menunjukkan situasi yang sedang dilakukan atau terjadi, jadi pada hal ini biasa menggunakan foto atau video untuk mendapatkan respon dari orang-orang dengan berbagai kepuasan remaja atau pengguna media sosial. Diekspresikan dalam bentuk kebanggaan terhadap diri sendiri. Remaja membagikan bagaimana hal itu terjadi di media sosial dan pengguna media sosial lainnya.
Terdapat bermacam-macam Informasi yang ada dimedia sosial, mulai dari berita, artikel seputar dalam negeri atau luar negeri hingga mengenai gosip selebritas atau publik figur yang selalu muncul di dunia maya. Setelah ditelaah informasi-informasi yang terdapat di media sosial terbagi menjadi dua sifat yaitu penting dan tidak penting bagi sebagian orang.
BACA JUGA: Menyoal Makna ‘Kesejahteraan Rakyat’ Ala Pembangunan Infrastruktur Pemerintahan Jokowi
Namun siapa sangka bahwa dalam bermedia sosial juga perlu etika dalam menyebar luaskan sebuah informasi baik pribadi maupun informasi lainnya. Sehingga dalam hal ini tidak menyinggung atau mengganggu kenyamanan orang lain karena terkesan cari perhatian seperti mengupload status atau story.
Tidak ada salahnya membagikan momen-momen pribadi kepada khalayak umum. Tetapi, beberapa remaja sekarang seringkali mencoba menarik perhatian orang-orang dengan berbagi informasi pribadi yang berlebihan seperti informasi lokasi rumah, mengumbar kemesraan, dan informasi lainnya yang bersifat privasi.
Contoh kasusnya yaitu selebgram berinisial D yang beberapa waktu lalu menyebarkan berita atau informasi yang bersifat sensitif, hingga mengganggu banyak kepentingan masyarakat hal itu pula yang membuatnya banyak dibully oleh publik . Hal ini dapat memicu bebrapa dampak budaya oversharing.
Budaya Oversharing sendiri merupakan suatu kegiatan atau tindakan yang menyebarluaskan informasi yang terkesan berlebihan atau blak-blakan. Hal ini dapat kita jumpai di dunia nyata atau maya yakni media sosial.
Ciri-ciri yang termasuk kedalam oversharing dalam media sosial, yaitu : memosting foto atau informasi terlalu terang-terangan tentang intim hubungan, persahabatan, urusan keluarga, atau drama pribadi, Menggunakan media umum menjadi wadah melampiaskan emosi, Posting foto atau video hal-hal yang seharusnya jadi privasimu, posting video atau foto yang memalukan terkait dengan informasi pribadi, berbagi informasi lokasi dimanapun kamu berada, seberapa pentingya kamu dilihat dari seberapa banyak orang yang like, komen, postinganmu, jika tidak memosting foto selfie atau OOTD sehari saja kamu akan merasa gelisah atau ada yang kurang.
Seringkali budaya oversharing muncul pada media sosial dengan penggunanya adalah remaja. Remaja sendiri merupakan fase dimana selalu mencari kebenaran entah itu baik atau buruk. Selain itu, oversharing dapat muncul ketika seseorang merasa kesepian atau merasa ingin diperhatikan.
BACA JUGA: Fase Quarter Life Crisis Adalah Bentuk Proses Pendewasaan
Ada beberapa dampak budaya oversharing dalam media sosial yaitu : membuka peluang cyber crime yang disalahgunakan dan dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, pencurian identitas, pembobolan kata sandi atau pasword, terjadinya bullying atau perundungan, menyinggung orang lain sehingga dapat memicu pertikaian dan lain sebagainya.
Dengan adanya dampak tersebut diharapkan pengguna media sosial khususnya remaja mampu menjadi pengguna media sosial yang sehat dan mampu membatasi diri dalam menyebarluaskan informasi agar tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.