KOTOMONO.CO – Tidak ada yang tahu kapan Krapyak Kidul secara pasti terbentuk. Berdasar peta tahun 1800-an sudah disebutkan adanya Krapyak Lor dan Krapyak Kidul secara berdam[ingan. Yang pasti Krapyak Kidul berada di sebelah selatan dari pada Krapyak Lor dengan lingkungan yang lebih padat.
Disini terdapat beberapa nama wilayah atau tempat yang sangat terkenal dan memiliki nilai historis yang bisa dijadikan wawasan kita untuk mengenal seluk-beluk sejarah kampung ini. Krapyak Kidul memiliki beberapa kampung yang memiliki kisah sebagai latar belakang dari pemberian namanya. Jika belum tahu asal-usulnya bisa dibaca di Sejarah Asal-usul Kelurahan Krapyak.
Sejarah Nama Tempat di Krapyak Kidul
1. Sembawan
Kampung Sembawan adalah wilayah yang meliputi Krapyak Kidul RT 1 – 6 / Rw 15. Kampung ini merupakan kampung yang padat penduduknya. Terletak di tepi timur sungai Pekalongan dan dilalui jalan yang menghubungkan antara kota dengan wilayah pesisir.
Baca juga : 5 Fakta Menarik Sego Megono Pekalongan
Penataan di wilayah ini masih berkesan semrawut sehingga menunjukkan bahwa wilayah ini tumbuh tanpa pengaturan sebagai wilayah modern yang biasanya dibangun oleh pihak kolonial. Nampak bahwa wilayah ini berkembang pesat secara kekerabatan.
Berdasarkan keterangan nara sumber istilah sembawan bisa muncul disebabkan pada awalnya di daerah ini banyak orang-orang dari Sumbawa yang tinggal atau sekedar singgah di daerah ini. Pada masa lalu kuda merupakan alat pengangkutan dan perhubungan yang paling efektif.

Baik kaum bangsawan pribumi, maupun orang kaya berusaha untuk memilikinya. Dengan munculnya jalur pos yang dibangun oleh pihak kolonial maka pertumbuhan penggunaan kuda sebagai sarana transportasi semakin besar.
Di pulau Jawa pada masa itu ada kuda lokal yang oleh penduduknya disebut dengan kapal. Mengingat populasi kuda tidak terlalu pesat dan kebutuhan meningkat maka didatangkan kuda dari pulau Sumbawa yang memang terkenal sebagai penghasil kuda.
Sebagian besar perahu pembawa kuda bersandar di sekitar Sembawan dan kuda diturunkan di seberang Sembawan di tempat yang kini dikenal dengan nama Gudang Garam/Gudang Uyah wilayah Panjang Wetan.
Baca juga : Sejarah Asal-usul Kelurahan Panjang Wetan Kota Pekalongan
Kuda-kuda tersebut selanjuntya dipelihara di kampung Gedogan dan Kandang Panjang untuk
dijinakkan dan dilatih sebagai kuda tunggang maupun sebagai penarik gerobak sebelum dijual kepada peminatnya. Datangnya kuda-kuda tersebut tentu diiringi pula oleh orang Sumbawa yang tinggal atau beraktivitas bongkar muat barang.
Komunitas Sumbawa ini jumlahnya cukup besar dan mendominasi wilayah tersebut, sehingga penduduk pribumi menyebutnya dengan Sumbawan yang berarti daerah yang banyak dihuni orang Sumbawa. Kata sembawan merupakan perubahan dialek lidah yang mengubah lafal um menjadi em seperti kata sumrambah menjadi semrambah dan sebagainya.
2. Cokrah
Dalam bahasa Jawa lama cokrah (congkrah) memiliki makna bertengkar/berselisih/ bersengketa. Biasanya masyarakat yang tinggal didaerah yang bernama cokrah merupakan pemukim baru yang memisahkan diri dari kelompoknya karena adanya perselisihan/sengketa.
Masyarakat ini berpindah karena kalah dalam perselisihan atau sengaja berpindah untuk menghindari perselisihan.
Cokrah juga memiliki makna sebagai sulit diatur. Sikap melawan aturan inilah yang sering mengakibatkan cokrah Sehingga tidak menutup kemungkinan pengasingan tersebut sengaja dilakukan oleh penguasa untuk menempatkan orang-orang yang sulit diatur agar dapat tindakan yang tidak diinginkan dapat dilokalisasi karena secara teknis mudah didalam pengawasan dan penanganan karena lingkupnya terbatas.
Baca juga : Sejarah Asal-usul Kelurahan Kandang Panjang Kota Pekalongan
Salah satu hal yang menarik dari beberapa kampung cokrah di desa atau daerah lain adalah letaknya yang hampir selalu berada di pinggir sawah sehingga cokrah pun diartikan sebagai kampung yang paling dekat dengan sawah.
Kampung cokrah ini biasanya terpencil atau terpinggirkan. Struktur ekonominya pun lebih rendah dari kampung lainnya. Namun kini keberadaan masyarakatnya tidak ada lagi perbedaan dengan warga lainnya sekarang berada di wilayah Rt / Rw 15.
Sumber: Amiroh, SE, Bagus Rachman, Karto Susilo – Mengungkap Asal-Usul Nama Kelurahan di Kota Pekalongan – KPAD Kota Pekalongan.