KOTOMONO.CO – [Bajingan itu tak boleh merasa bersalah! Seorang bajingan itu harus selalu benar!!]
Itu pesan yang aku tangkap dari Iblis saat berpidato di televisi. Dengan setelan jasnya, didukung perawakannya yang tegap, ia tampak gagah. Meyakinkan.
Aku kira, ia adalah ilmuwan yang paling keren di antara ilmuwan-ilmuwan dunia. Tak terkalahkan.
[Perasaan bersalah hanyalah milik orang-orang lemah. Mereka tak punya pendirian kuat. Cenderung menjadi penjilat. Rasa bersalah, lebih khususnya lagi jika itu dinyatakan terang-terangan, boleh jadi hanya permainan. Selepas itu, ia bisa saja melakukan kejahatan baru. Bajingan model ini tak perlu kita pelihara. Tapi, cukuplah kita tempatkan sebagai penghiburan.]
Ya, kata-kata Iblis memang punya daya pikat. Magis. Menyihir dengan pesonanya yang menawan. Aku sepakat. Entah dengan orang-orang.
Aku, kau, kita… tak dilahirkan untuk menyepakati apa saja yang memang tak disepakati. Tetapi, menemukan apa yang berarti adalah sebuah kebutuhan. Dan, aku memilih untuk menjadi bajingan.
Soal gagal atau berhasil, Iblislah yang akan menentukan. Ya, aku jelas akan sangat membutuhkan tanda tangannya. Di ijazahku.
Ah, sial! Lampu mati! Padahal pidatonya masih seru. Ah sudahlah!
Kata salah seorang dosenku, dalam sebuah kuliah, “Bajingan itu bukan bagaimana kamu berbuat jahat. Tetapi, bagaimana kamu memainkan peran.
“Dunia ini perlu keseimbangan. Orang-orang baik butuh orang jahat. Agar mereka bisa berperan dengan sempurna menjadi orang baik. Begitu pula sebaliknya.”
Keduanya dihadirkan untuk melahirkan peristiwa-peristiwa baru. Ada pergerakan yang saling mendorong dan menarik dalam waktu bersamaan. Sehingga, dihasilkan perputaran.
“Dalam perputaran itu, muncullah pergiliran. Kadang yang baik yang menang. Kadang yang jahat yang menangguk keuntungan.”
Ah, kata-kata Bapak yang satu ini bikin perut lapar. Mungkin lapar juga yang menjadi soal penting bagi lahirnya peristiwa. Memburu makanan! Kalau tak dapat-dapat, ya memburu dan memangsa teman!
Ah! Apakah itu yang dilakukan seorang bajingan? Memburu dan memangsa teman? Lalu, untuk apa? Perut? Atau yang lain? Apa?
Listrik masih belum menyala. Hawa udara menekan suhu badan, hingga dari celah pori-pori mengalir keringat. Lantai basah.
[button color=”blue” size=”small” link=”https://kotomono.co/cerita-mini-berseri-para-bajingan-chapter-4-ribut-achwandi/” icon=”” target=”false”]Chapter 4[/button]
Penulis : Ribut Achwandi