KOTOMONO.CO – Nasi Goreng Stasiun Pak Dji dengan porsi super jumbonya itu rasa-rasanya adalah tempat yang paling tepat bagi yang baru saja tiba di Stasiun Malang setelah berjam-jam naik kereta api dengan perut keroncongan.
Buka setiap hari dari pukul 14.00 hingga 22.00 malam, Nasi Goreng Stasiun Pak Dji ini terletak di belakang Stasiun Malang atau tepatnya Jalan Panglima Sudirman Gang Manunggal, Kelurahan Kesatrian, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
Warung ini bisa saja tutup sebelum jam tersebut, sebab menu-menu yang ada sudah ludes dibeli pelanggan setianya. Saya sarankan agar datang sore hari sebelum atau sesudah Maghrib bila tak ingin lama mengantre, apalagi sampai kehabisan.
Letaknya memang agar blusuk di dalam gang, tapi tenang saja Anda tak perlu overthinking soal rutenya. Jika datang dari arah selatan (Kampung Warna-Warni atau Embong Brantas), maka lurus saja melewati jembatan rel kereta sampai menjumpai tulisan “Nasi Goreng Jumbo Pak Dji” di kiri jalan, lalu masuk ke gangnya. Jika datang dari arah utara (Perempatan Rampal), maka lurus saja ke arah selatan sampai Kantor Kelurahan Kesatrian, lalu belok kanan.
BACA JUGA: Mie Ayam Jogja Istimewa “Pak Jono” Udah Ngeksis di Pekalongan Sejak 2009
Hari itu hujan deras yang mengguyur Malang sejak siang telah mereda ketika saya sampai di Nasi Goreng Stasiun Pak Dji ini. Beliau tampak baru saja tuntas menyelesaikan pesanan seorang pelanggan ketika saya menemui beliau sekitar pukul 15.45 sore. Ada dua pegawainya yang turut membantunya dalam melayani saya dan beberapa pelanggan yang datang setelah saya.

Saya lupa untuk menanyakan nama aslinya, tapi sang pemilik warung punya sapaan akrab Pak Dji. Pria asli Malang Selatan itu sudah 41 tahun berjualan nasi goreng di Kota Malang sejak 1981. Sebelum memutuskan berjualan nasi goreng, beliau bertutur sempat bekerja sebagai cook helper di restoran sebuah hotel di Surabaya selama beberapa tahun.
BACA JUGA: Menikmati Nuansa dan Hidangan ‘Ndeso’ di Pawone Simbah
Pak Dji juga bercerita awal-awal berjualan nasi goreng, ia lakukan dengan menjajakannya keliling di sekitar tengah Kota Malang. Lalu beberapa waktu setelahnya mangkal di beberapa tempat seperti eks Malang Teater (sekarang BTN Kantor Cabang Malang) di Jalan Ade Irma Suryani selama dua tahun dan di sekitar Jalan Brigjen Slamet Riyadi selama 22 tahun.
Kemudian beliau memutuskan untuk menetap di deretan kios makanan di Stasiun Malang pada tahun 2005 hingga 2015. Dan akibat terdampak proses pembangunan stasiun, sejak 2015 Pak Dji beliau memindahkannya lagi ke lokasi yang sekarang ini. Warung yang sekarang juga masih sewa, namun sifatnya sewa tetap dan jarak dengan kediamannya juga lebih dekat.
Nasi Goreng Stasiun Pak Dji dulunya membuka sejumlah cabang di Kota Malang. Namun, Pak Dji kemudian memutuskan untuk menutup semua cabangnya agar dirinya dapat fokus di Stasiun. “Karyawan saya di cabang-cabang itu saya lepas, saya silakan buka sendiri-sendiri, Mas.” lanjutnya.
Menu andalan warung Pak Dji ini sudah tentu nasi gorengnya. Dan porsi jumbonya itu bukan tanpa alasan ia buat, rupanya itu merupakan hasil pengamatannya di beberapa resto dan warung yang pernah didatanginya. “Waktu itu belum ada nasi goreng porsi banyak di Malang, Mas.” klaim Pak Dji. Karenanya, sejak awal berjualan, beliau memberi porsi yang banyak untuk nasi gorengnya.
BACA JUGA: Fransis Pizza, Tempat Nguliner Tersembunyi Jogja yang Hanya Buka Dua Hari
Nasi goreng di warung ini dibanderol seharga Rp 25.000,- (porsi biasa) dan Rp 35.000,- (porsi jumbo). Perbedaan kedua porsi tersebut yaitu jika porsi biasa cukup untuk 2-3 orang, sementara porsi jumbo cukup untuk 5-6 orang. Jadi, pastikan Anda datang ke warung ini bersama keluarga atau teman agar tidak kekenyangan sendirian saat menikmati nasi gorengnya, ya.
Menu lainnya yang terdapat di warung ini adalah bakmi goreng dan bakmi kuah. Menu ini juga memiliki porsi jumbo dengan harga sebesar Rp 25.000,- (porsi biasa) dan Rp 35.000,- (porsi jumbo). Menu-menu lainnya juga tersedia, seperti bihun goreng, fuyunghai, cap jay, dan lo mie. Kisaran harganya mulai dari Rp 35.000,- sampai Rp 50.000,-. Lumayan miring, bukan?
Topping pada nasi goreng dan menu lainnya sama-sama melimpah. Biasanya topping berisi telur, suwiran ayam, sosis, dan bakso. Mirip-mirip dengan Nasi Goreng Gila di Menteng, Jakarta. Topping biasanya sekali dibuat dalam jumlah banyak dan ditaruh di panci besar agar setiap ada pesanan nasi goreng atau yang lainnya, tinggal ditambahkan saja di atasnya.
BACA JUGA: 4 Hal yang Membuat Saya Heran saat Ngopi di Kobessah Kopi Jogja
Soal rasa, tentu sudah teruji. Hanya bahan-bahan pilihan yang Pak Dji pakai untuk menyajikan kesempurnaan pada menu-menunya. Beliau mengaku sudah punya langganan tetap untuk berbelanja bahan-bahannya di empat pasar yang lokasinya tak terlampau jauh dari warungnya tersebut, yaitu Pasar Kebalen, Pasar Besar, Pasar Klojen, dan Pasar Bunulrejo.
Telur yang dipakai pun bukan sembarang telur. Hanya telur pilihan dari Pandaan, Pasuruan yang beliau pakai untuk topping nasi gorengnya. Demikian juga sayur-sayuran yang dipakai, beliau datangkan dari Batu. Telur dan sayuran dari dua daerah itu, biarpun jauh, diakui Pak Dji lebih segar dan berkualitas sehingga tentu saja berpengaruh banyak ke rasa sajian warungnya.

Sebagaimana warung-warung lainnya, Nasi Goreng Stasiun Pak Dji juga sempat terdampak pandemi COVID-19. Pak Dji mengaku, penjualan warungnya anjlok total, meskipun masih tertolong oleh pesanan dari aplikasi ojek daring. Situasi demikian membuat beliau terpaksa menjual sejumlah asetnya, seperti logam mulia dan sepeda motornya. “Yang penting keluarga sama karyawan saya bisa makan aja, Mas.” tutur Pak Dji menjelaskan alasannya.
BACA JUGA: Duriand, Cafe Hits Surganya Pecinta Buah Durian yang Lagi Viral di Jogja
Situasi demikian jelas berbanding terbalik dengan sebelum pandemi, di mana pesanan biasa membeludak, terutama dari perkantoran saat malam pergantian tahun. Pelanggan yang datang ke warungnya bukan hanya warga sekitar dan wisatawan, namun juga banyak pegawai Pemkot Malang mengingat lokasi Balai Kota yang ditempuh tak sampai lima menit dari situ.
Meskipun diterpa pandemi, popularitas Nasi Goreng Stasiun Pak Dji tak perlu diragukan lagi. Banyak youtuber dan pejabat dari Jakarta yang datang mampir ke warung ini. Dua di antara pejabat yang diingat Pak Dji pernah datang ke warungnya adalah Agum Gumelar dan Andi Mallarangeng. “Waktu itu masih di depan sana. Udah lama banget sih datangnya, Mas.” jelas Pak Dji.
Pesanan seporsi nasi goreng biasa untuk saya dan bakmi goreng untuk dua pelanggan yang datang selanjutnya mengakhiri obrolan singkat kami sore itu. Sembari menunggu pesanan saya datang, saya memotret sekeliling warung ini. Arloji saya menunjukkan pukul 16.25 ketika saya membayar nasi goreng saya dan berpamitan untuk pulang setelahnya.
Oh ya, saya punya tips untuk Anda yang ingin datang ke warung ini. Bagi yang membawa kendaraan pribadi, tersedia parkir di depan warung untuk sepeda motor dan parkir terbatas di bibir gang untuk mobil. Tapi, Anda yang membawa mobil pribadi atau rombongan bus pariwisata sebaiknya memesan ojek online dari penginapan saja supaya tak rempong mencari parkiran mobilnya.