KOTOMONO.CO – Jagad maya sempat digegeri dengan sebuah tulisan di platform Teminal Mojok. Judulnya “Pekalongan Itu Nggak Cocok Dijadiin Kota Wisata, Pemerintah Jangan Ngeyel“. Yang nulis anak Pekalongan pula. So pasti, tulisan yang nyelkit bingit itu cukup menyengat dan memancing reaksi dari warganet Pekalongan.
Di media sosial, beragam respon muncul. Rata-rata ngatain si penulisnya. Ada yang langsung ngejudge (baca nyinyirin). Ada juga yang pakai argumentasi yang panjang, tapi intinya nggak terima kalau kotanya disebut nggak layak jadi kota wisata. Begitulah.
Sayangnya, semua respon itu sebatas cuap-cuap di medsos. Padahal, akan lebih seru lho jika ada yang nulis panjang jadi artikel atau esai menyoal tulisan yang pedas itu. Lalu, dimunculin di media. Kan jadi elegan! Wacana mengenai pengembangan kawasan wisata pun bisa jadi diskusi yang ramai juga. Paling tidak, ada gambaran utuh tentang secercah harapan masa depan kota Pekalongan sebagai kota wisata. Tapi, kenapa ya kok nggak ada yang sempet kepikiran begitu?
Lama saya nunggu seseorang atau siapapun itu yang mau menjawab esai dengan esai. Biar ada perbandingan gitu. Yang paling dan sangat saya harapkan sih adanya respon brilian dari para kader Duta Wisata kita yang berjumlah tentu tidak sedikit dan tentu berpendidikan tinggi pula. Atau mereka-mereka ini nggak seperti saya ini yang sok sibuk sampai-sampai bisa menulis ini untuk merespon dan “mencounter back” isi tulisan yang kadung tayang di platform digital nasional itu.
Positive thinking aja, mungkin tulisan tersebut dinilai tidak sampai levelnya untuk dibalas. Tetapi menurut saya, itu penting. Ini menyangkut harkat dan martabat anak muda Pekalongan.
Baiklah, sepertinya saya memang perlu menanggapi tulisan esai itu. Sejujurnya ada beberapa poin yang saya setujui, tetapi ada juga beberapa yang saya tidak ikut berkomentar. Sebetulnya jika dilihat dari sisi optimisme bisa aja kok Kota Pekalongan itu Menjadi Kota Wisata dimasa mendatang. Masih nggak percaya ? Oke lanjut baca tulisan ini sampai tuntas !
Nampaknya minimnya SDA dan sempitnya wilayah Kota Pekalongan menjadi alasan utama Kota Pekalongan diremehkan menjadi Kota Wisata. Padahal wisata itu nggak harus punya banyak SDA. SDK (Sumber Daya Kuliner), SDR (Sumber Daya Religi) dan SDB (Sumber Daya Batik) juga sah-sah saja untuk modal menjual Kota Pekalongan.
BACA JUGA : 5 Tempat Nongkrong di Pekalongan Selain Kafe dan Angkringan
Setidaknya, saya punya alasan tersendiri nih buat yakin kalau Kota Pekalongan Layak kok jadi Kota Wisata di masa depan bahkan bertaraf internasional! Oh iya loh, kota Pekalongan memang layak naik kelas ke kelas dunia. Apalagi sudah ditahbiskan sebagai kota kreatif dunia. Ya kan?!
Pertama, jelas Batik menjadi andalan utama potensi kota Pekalongan yang bikin para wisatawan melirik. Nggak cuma melirik sampai-sampai pingin bisa bikin juga. Memang betul kalau dulu-dulu kota ini hanya dijadikan kota singgah atau kota kulakan batik murah saja. Sekarang, setelah prestasi Kota Pekalongan masuk kedalam jejaring kota kreatif dunia yang pertama di indonesia, maka lambat laun semakin hari mulai dikenal masyarakat luas. Tak hanya sekedar Kota Batik saja, melainkan Kota Batik Dunia kalau bahasa enggresnya tuh World City Of Batik dan jangan lupa, masih ikut Kota Kreatif Dunia juga lho sampai detik ini.
Banyak maestro-maestro seniman yang malang melintang membuat karya batik yang gak kaleng-kaleng. Nah, dari sini saja sudah kelihatan bahwa kota ini bisa menjadi kota tujuan wisata untuk belajar batik. Sangat potensial untuk dijual kepada turis-turis nih. Soal Museum Batik sih itu biarkan saja ada ditiap kota, namun seniman batiknya ya tetep Pekalongan punya. Toh selama ini banyak juragan-juragan batik Pekalongan yang menyuplai kain batik ke berbagai brand ternama di Jogja dan Solo. Saya juga pernah menuliskan tentang potensi Wisata Batik di Pekalongan dengan judul ini “Potensi Keren Wisata Batik di Pekalongan“.
Kedua, saat ini sedang dibangun Wisata Pantai Terbesar nih meski pembangunan tersebut nantinya bakal merubah segalanya termasuk kenikmatan pantai gratis. Namun proyek ini nggak main-main, yang bikin proyek itu dari Pusat, jelas bilamana sudah launching, pastilah akan diblow-up besar-besaran oleh media nasional dan Booommm… Kota Pekalongan akan kebanjiran (bukan air) wisatawan yang datang dari luar kota, wah siap gak tuh? Hayooo.
Ketiga, kulinernya jos-jos! Sebut saja ada Garang Asem, Pindang Tetel, Megono, Sekoteng, Kopi Tahlil dan Tauto yang semuanya sangat uenake pok. Namun nih ada potensi kuliner otentik Pekalongan yang kayaknya cocok untuk mendunia yakni Ayam Karang Menanci. Meski kuliner ini sudah ada puluhan tahun yang lalu, namun saat ini kayaknya belum banyak yang mengenal dan tahu sajian Ayam berbumbu rempah yang lezat ini. Padahal ini sangat berpotensi untuk menjadi the next rendang yang ada dimana-mana bahkan luar negeri. Perlu sedikit dorongan dari semua pihak untuk mempopulerkan kuliner ini terutama sih anak-anak duwis. Kenapa harus duwis ya ? Oke, kita jawab nanti.
BACA JUGA : Daftar Kuliner Pekalongan Yang Recommended Untuk Kamu Coba
Keempat, Pekalongan itu punya banyak Hotel berbintang bray. Okupansinya juga cukup tinggi, hal ini karena sales marketing mereka bekerja maksimal. Tentu mereka nggak cuma mromoin hotelnya, tapi sudah pasti ikut mromoin potensi Wisata Pekalongan. Di sektor MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) kota Pekalongan juga cukup dipandang.
So, bisa dimaksimalkan lagi buat naikin jumlah kunjungan dari luar daerah. Kalau sudah gitu, untuk menampilkan wajah Pekalongan kan jadi mudah. Mereka akhirnya juga jadi ngerti di Pekalongan ada ini itu. Nah, pastinya suatu saat nanti mereka akan datang lagi bawa rombongan. Minimal studi Batik lah. Kayaknya lebih greget marketing hotel dari pada kader duwis dalam hal mempromosikan Pekalongan. Yaiyalah mereka ini dituntut begitu kok.
Kelima, kalau SDA sempit buat pariwisata, bisa kok pakai jalur “Wisata Religi” (SDR), tuh Makam Habib Achmad Sapuro sudah kesohor di kalangan umat, juga saban tahun ada acara Maulid Akbar yang tamu-tamunya banyak yang berasal dari luar kota. Belum lagi ada event tahunan bertaraf Nasional dan Internasional yaitu Pekan Batik, bila tahun ganjil itu Nasional dan bila tahun genap itu Internasional. Wah wah sangar!
Tetapi nih, apalah guna bila potensi yang ada tanpa ada yang mengenalkannya, Maka menurutku yang Terakhir ini yang sangat vital bagi kesuksesan Kota Pekalongan menjadi Kota Wisata yaitu para Duta Wisata. Tentu para duta wisata ini dipilih dan diseleksi secara tidak sembarangan, mereka dipilih dengan mempertimbangkan bibit-bebet-bobot, keahlian dan intelektualitas yang mumpuni, selain faktor utama berbadan tinggi dan berparas mempesona (good looking) sih.

Nah, andai saja para Mas-mas dan Mbak-mbak Duta Wisata yang ganteng dan cantik bak selebgram yang punya ribuan followers ini bisa tuh aktif dalam mengenalkan spot-spot wisata yang ada di kota ini. Simpel saja, mereka rajin-rajin aja hunting di kota lama, ngevlog kuliner, atau bikin tulisan-tulisan keren tentang pariwisata biar muncul di Google. Wah pasti cepet kesampaian nih Pekalongan jadi Kota Wisata. Apa harus saya lewat Cintapekalongan lagi nih yang ngerjain ?
Bayangin nih, para Duwis yang ganteng dan Cantik ini ngepos foto mereka lagi asyik-asyik main di tempat pembuatan batik atau engga nanti foto ditempat wisata pantainya, pasti nih banyak yang like dan kepo nanyain foto itu dimana. Atau bisa juga rajin-rajin posting kuliner khas seperti yang saya sebutin tadi dalam bentuk foto maupun video vlog pendek yang bakal bikin penasaran orang. Masak sih Brand Ambassador nggak bisa promosikan produknya sendiri apa kalah cuan sama endorsan ya? Nggak bisa atau nggak mau ya kira-kira?
BACA JUGA : Rekomendasi Tempat Kuliner Murah Meriah Khas Pekalongan
Kalau begitu apa bedanya ya dengan Selebgram biasa yang sering jadi fota-foto di tempat keren? mereka ganteng dan cantik juga, followersnya banyak juga ribuan bahkan ada yang ratusan ribu, tentu kalau mereka posting sesuatu pasti bakalan banyak yang ngelike. Apa tugas duwis serahin ke Selebgram aja ya? kalau suruh jadi pager ayu saat event juga mereka pasti bisa. Maaf nih bukan mau menjelekkan titel Duta Wisata tetapi kehadiran duta wisata di tiap platform pasti banyak dinanti, jadi ya mereka ini yang harus aktif di berbagai kanal media.
Udahlah jangan dipikirin, yang pasti saya yakin seyakin-yakinnya kalau duta wisata ini ujung tombak dalam membranding Kota Pekalongan jadi Kota Wisata. Mereka ini yang bakalan ngasih tau tempat-tempat yang asyik di Kota Pekalongan, minimal bisa menjawab bila ditanya rekomendasi tempat berwisata bila ingin kemari.
Nah, begitu sih menurut saya. Kota ini nggak kehabisan pesona buat dijadikan Wisata, tinggal bagaimana pemangku kebijakan dan stakeholder mau sama-sama saling support. Nggak ada SDA nggak masalah, masing ada SDR SDK SDB dan SD SD lainnya yang bisa dikupas. Piye menurutmu ?